Selasa, 31 Mei 2016

GOOGLE DOODLES (MAY 13)



GOOGLE DOODLES (MAY 2016)

MAY 13

13 Mei 2016 Google Doodle Merayakan The 108th Anniversary Of Daeng Soetigna's 
Birthday.
 
Siapakah sosok Daeng Soetigna yang muncul di Google doodle hari ini Jumat, 13 Mei 2016? Pria kelahiran Garut, 13 Mei 1908, Jawa Barat ini mendapatkan kehormatan dirayakan ulang tahun ke-108-nya oleh Google. Pa Daeng sang seniman musik, memang sosok istimewa. Dialah yang menciptakan angklung diatonic yang kini banyak digunakan di pelbagai pementasan musik nasional maupun internasional.
Jika kita mengunjungi halaman utama Google hari Jumat, 13 Mei 2016! Kita akan menemukan kartun unik, seorang lelaki dengan kacamata yang bermain angklung bersama dua anak kecil. Sosok tersebut adalah Daeng Soetigna yang memberikan penemuan besar untuk tradisi musik tanah air: angklung diatonis.

Sejak tahun 1928, Daeng memulai karirnya sebagai guru kesenian. Pada 1942, saat Jepang datang ke Indonesia, Daeng ditunjuk sebagai Kepala Sekolah HIS (belakangan namanya berubah jadi Sekolah Rakyat).

Tak berselang lama, ia memiliki sekolah sendiri pada 1950. Daeng juga sempat mengenyam pendidikan keguruan di Australia dan pulang sebagai konsultan pendidik untuk pemerintah.

Dengan jabatan yang tinggi, Daeng tak lantas merasa eksklusif. Ia masih aktif mengajarkan angklung kepada sekelompok anak Sekolah Dasar. Pada tahun 1964, ia pensiun dan mulai berfokus menggeluti musik angklung.

Sebelum penemuan Pa Daeng –demikian ia biasa disapa– angklung tradisional bertangga nada pentatonis. Di tahun 1930-an, eksistensi angklung tradisional sudah semakin sedikit, tergerus oleh perkembangan zaman. Pa Daeng tidak diam saja melihat hal ini. Ia mempelajari angklung tradisional tersebut, lantas melakukan terobosan dengan membuat angklung diatonik dari hasil modifikasi angklung yang bernada pentatonic menjadi diatonik, atau bernada musik Barat. Angklung ini kemudian diberi nama kehormatan sebagai angklung Padaeng (Pak Daeng)

Berkat penemuan Pa Daeng tersebut, angklung menjadi perhatian publik kembali. Bahkan, pembicaraan tentang alat musik ini meningkat lagi, ke taraf internasional. Presiden Soekarno tertarik dengan penemuan Pa Daeng tersebut, dan memintanya untuk tampil, salah satunya di Konferensi Asia Afrika pada 1955. Bahkan ia juga tampil bersama angklung diatonis tersebut di World Fair di New York pada 1964.

 
Atas prestasi dan jasanya bagi Indonesia, Daeng Soetigna mendapatkan beberapa penghargaan dari pemerintah. Berikut ini penghargaan-penghargaan tersebut.
1.    Piagam Penghargaan atas Jasa di Bidang Kesenian dari Gubernur Jawa Barat Brigjed  Mashudi, 28 Februari 1968.
2.    Piagam Penghargaan dalam Rangka Mendorong Pertumbuhan, Pemekaran, dan Pengembangan Kesenian Angklung di Ibu Kota dari Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin, 10 September 1968.
3.    Tanda Kehormatan Satya Lencana Kebudayaan dari Presiden Republik Indonesia Soeharto, 15 Oktober 1968.
4.    Piagam Penghargaan atas Jasa dalam Pembinaan dan Pengembangan Kesenian Daerah, Khususnya Seni Angklung, dari Gubernur Jawa Barat H.A. Kunaefi, 17 Agustus 1979.
5.    Tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma dari Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono, tahun 2007.
6.    Piagam penghargaan Nasional Hak Kekayaan Intelektual 2013, Pencipta Angklung dari Menteri Hukun dan Hak Asasi Republik Indonesia  Amir Syamsudin, 26 April 2013.
Daeng Soetigna wafat pada 8 April 1984 dan dikebumikan di Bandung. Meski telah tiada, melalui keluarga besarnya, ia tetap menerima berbagai penghargaan atas jasa-jasanya di dunia musik angklung. Ia juga akan selalu dikenang sebagai Bapak Angklung Diatonik yang dikenal di seluruh dunia.